Welcome to my blog >>> Cakrawala82

Teori konsumsi Menurut Ahli


Berikut menurut Teori konsumsi dari para ahli,,,
 Gambar : kaltim.prokal.co

Menurut Soeharno (2007:6), konsumsi adalah kegiatan memanfaatkan barang-barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan hidup. Barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup ini tergantung dari pendapatan yang diperoleh.

Menurut Pujoalwanto (2014:151) konsumsi merupakan kegiatan seseorang atau kelompok dalam menggunakan, memakai, atau menghabiskan barang dan jasa dengan maksud memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Soediyono (2000:145), yang dimaksud dengan pengeluaran konsumsi di sini terbatas kepada pengeluaran konsumsi rumah tangga keluarga, yang meliputi semua pengeluaran rumah-rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga-lembaaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa.

Menurut Sukirno (2000:92), pola pengeluaran konsumsi seseorang atau rumah tangga pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu konsumsi pangan (makanan) dan konsumsi non pangan (bukan makanan) penggunaan pendapatan untuk konsumsi tersebut menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin besar bagian pendapatan yang digunakan untuk membeli makanan menunjukan konsumsi pangan dan non pangan (bukan makanan), semakin rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan sebaliknya semakin kecil bagian pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan makanan menunjukkan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat tersebut.Faktor terpenting yang menentukan tingkat pengeluaran rumah tangga (secara seunit kecil atau dalam keseluruhan ekonomi) adalah pendapatan rumah tangga.

Sedangkan menurut Said (2000:49), pola konsumsi yang konstan (stabil) yang memberikan tingkat utilitas tertinggi, dimana untuk melakukan konsumsi maka rumah tangga dapat diperoleh selama bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Sukirno (2000:108), pandangan Keynes semakin besar penghasilan seseorang, semakin besar bagian penghasilan yang bisa disisihkan untuk ditabung tanpa ia harus menderita kekurangan makanan/pakaian dan sebagainya. Persentase penghasilan yang ditabung disuatu masyarakat menunjukkan prilaku sektor rumah tangga secara keseluruhan dalam mengalokasikan penghasilan mereka.Persentase inilah yang dikenal dengan istilah propensity to save (kecendrungan untuk menabung) dari masyarakat tersebut, sedangkan persentase dari penghasilan yang dibelanjakan disebut propensity to save (kecendrungan untuk menabung) disebut propensity to consume (kecendrungan untuk mengkonsumsi).Semakin tinggi penghasilan kecenderungan konsumsi rendah dan kecenderungan menabung tinggi, sebaliknya semakin rendahnya penghasilan kecenderungan konsumsi tinggi dan kecenderungan menabung rendah.               
Pendapatan memainkan peranan yang sangat penting dalam teori konsumsi dan sangat menentukan tingkat konsumsi. Selain pendapatan, konsumsi ditentukan juga oleh faktor-faktor lain menurut Suparmoko (2001:79) adalah :
a.Selerah
b.Faktor sosial ekonomi
c.Kekayaan
d.Keuntungan/kerugian capital
e.Tingkat bunga
f.Tingkat harga

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga diklarifikasikan menjadi tiga, yaitu :
a.Faktor-faktor Ekonomi
Empat faktor ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi adalah :

1) Pendapatan rumah tangga (household income). Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar.

2) Kekayaan rumah tangga (household wealth). Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan ril (misalnya tanah, rumah, mobil dan lain-lain) dan finansial (deposito berjangka, saham dan surat-surat berharga). Kekayaan-kekayaan tersebut akan dapat meningkatkan konsumsi karena menambah pendapatan disposable.

3) Tingkat bunga (interest rate). Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi atau mengerti keinginan konsumsi baik dari segi keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka nilai ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal.

4) Perkiraan masa depan (household expectation abaout the future). Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karena pengeluaran konsumsi cendrung meningkat jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin jelek, merekapun mengambil ancang-ancang dengan menekan pengeluaran konsumsi.

b. Faktor Demografi
Yang tercakup dalam faktor demografi atau faktor-faktor kependidikan adalah jumalah dan komposisi penduduk.

1) Jumlah penduduk. Jumlah penduduk akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relatife rendah misalnya tingkat konsumsi rata-rata penduduk di Indonesia rendah daripada penduduk singapura.

2) Komposisi penduduk. Komposisi penduduk suatu Negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi diantaranya usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah, menengah, tinggi) dan wilayah tinggal (perkotaan dan pedesaan).

c. Faktor-faktor Non Ekonomi
Faktor-faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat.Misalnya berubahnya kebiasaan makan.
Ada empat teori konsumsi yang perlu dipelajari agar dapat mengikuti teori-teori mutakhir.Salah satu diantaranya adalah teori yang diajukan oleh John Maynard Keynes, untuk melanjutkan teori konsumsi disebut dengan teori Keynes tentang konsumsi.

a.Hubungan pendapatan Disposabel dan konsumsi. Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposibel saat ini (current disposible income). Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya tingkat konsumsi tersebut harus diketahui walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonoms (autonomous consumption). Jika pendapatan disposibel meningkat maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.

b. Model Konsumsi Siklus Hidup (Life Cycle Hyphotesis of Consumption). Model konsumsi ini dikembangkan oleh Franco Modigliani, Albert Ando dan Richard Brumberg. Model ini berpendapat bahawa kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup.

# Hubungan Antara Pendapatan dan Konsumsi
Konsumsi dan pendapatan terdapat hubungan yang positif. Artinya apabila pendapatan naik, maka konsumsi pun akan meningkat pula, sebaliknya apabila pendapatan turun, maka konsumsipun akan merosot pula. Hubungan yang erat antara konsumsi dan pendapatan seperti ini disebut propensity to consume (hasrat untuk mengkonsumsi). (Suherman, 2004:148).

Sedangkan menurut Sukirno (2000:105), pandangan Keynes yang berpendapat tingkat konsumsi dan tabungan terutama ditentukan oleh tingkat pendapatan rumah tangga, dan Keynes juga mengansumsikan bahwa konsumsi adalah fungsi pendapatan, dengan rumus sebagai berikut:
Ci= a + bY

Keterangan:   
Ci = Pengeluaran untuk konsumsi
a = Menunjukan besarnya konsumsi pada saat pendapatan nol
b =Menunjukkan besarnya tambahan konsumsi yang disebabkan adanya peningkatan pendapatan atau MPC
Y = Besarnya pendapatan

Selanjutnya Sukirno juga mengatakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan konsumsi yang diakibatkan oleh kenaikan pendapatan dapat ditunjukkan oleh besarnya Marginal Propensity to Consume (MPC) yaitu perbandingan antara besarnya perubahan konsumsi dengan besarnya perubahan pendapatan disposibel yang mengakibatkan adanya perubahan pola konsumsi.Angka MPC ini pada umumnya lebih kecil dari pada satu, akan tetapi lebih besar dari pada stengah. Angka MPC > 1 menunjukkan bahwa tambahan pendapatan yang diterimah seseorang tidak seluruhnya dibelanjakan untuk konsumsi, melainkan sebagian dari tambahan pendapatan yang mereka peroleh disisihkan untuk saving. MPC > 1 menunjukkan bahwa penggunaan tambahan pendapatan sebagian besar untuk menambah besarnya konsumsi sisanya sebagian kecil untuk tambahan saving.

# Konsumsi Pangan dan Non Pangan
Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan maka porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk pangan ke pengeluran non pangan.Pada umumnya semakin sejahtera penduduk, maka semakin kecil persentase pendapatan yang digunakan atau yang dibelanjakan untuk konsumsi pangan. Dalam kondisi pendapatan yang terbatas, sebagian besar pendapatan tersebut akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok.

a. Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, serta pembuatan makan atau minum.(Hanafie:2010)

Pola konsumsi pangan sangat ditentukan oleh faktor sosial ekonomi rumah tangga seperti tingkat pendapatan, harga pangan dan non pangan, selerah dan kebiasaan makan.Dalam analisa pola konsumsi, faktor sosial budaya didekati dengan menganalisa data golongan pendapatan rumah tangga.Sedangkan letak geografis didekati dengan lokasi desa-kota dari rumah tangga yang bersangkutan.

b. Konsumsi Non Pangan
Konsumsi non pangan adalah sejumlah pengeluaran yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam bentuk barang dan jasa selain makanan. Adapun contoh konsumsi non pangan ini adalah : Pendidikan, Transportasi, Hiburan, Perumahan,Keagamaan dll.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan ataupun kebutuhannya.

# Peran Sektor Pertanian dan Perkebunan karet
Peran sektor pertanian diindonesia tidak diragukan lagi, pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha (Soekartawi, 2005).

Menurut Jhingan (2007) sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam hal :
a. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian meningkat pesat.
b. Meningkatkan permintaan akan produk industri, dengan demikian mendorong diperluasnya sektor skunder dan tersier.
c. Menyediakan tambahan hasil devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus menerus.
d. Meningkatkan pendapatan desa.
e. Memperbaiki kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Menurut Nurmala (2012), sektor pertanian di negara-negara yang sedang berkembang peranannya sangat besar sekali karena merupakan mata pencaharian pokok sebagian besar penduduknya. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian suatu negara dapat dilihat dari besarnya persentase Produk Domestik Bruto (PDB).Oleh karena itu sektor pertanian harus ditunjang dengan sektor industri agar tercipta suatu inovasi yang membangun dan maju berkembang, serta harus mampu meningkatkan kesejahteraan petani.

0 Response to "Teori konsumsi Menurut Ahli"

Posting Komentar