Sumber Gambar |
cakrawala82.blogspot.com, Negeri dengan kekayaan alam yang sangat berlimpah ruah, nyatanya tidak mampu menjamin setiap kehidupan insan penghuninya. Justru malah menyisishkan mereka-mereka yang tidak berdaya. Mereka semakin terpuruk di tengah keadaan jaman yang tak kuasa mereka kendalikan, hidup hanya berharap dari buruh saja ternyata tidaklah bisa menjadi pengharapan baginya nya dan anak-anaknya. Ini seperti “lingkaran setan kemiskinan” yang maha dahsyatnya.
Tanpa kekuatan ilmu atau keterampilan yang lebih menjamin lainnya, mereka hanya diam melonggo melihat para tuan tanah, tuan modal, dan tuan tipu yang mengatas namakan kemaslahatan bertindak seolah pahlawan kesiangan yang ada malah menyengsarakan.
Mereka sudah tidak mampu dan tak berdaya yang nasib dan tujuan hidupnya tidak tahu pasti hendak dibawa kearah mana, baginya cukup makan saja sudahlah! Kalau sudah begini bagaimana “lingkar setan kemiskinan” bisa terkurangi?? Kalau saya pukir-pikir, kebanyakan dari mereka yang hanya mampu buruh kasar, buruh tani dan serabutan dahulunya mereka tidak dibekali dengan ilmu pendidikan yang mumpuni ini karena keterbatasan ekonomi dari kedua orang tuanya. Kemudian dari ketidak mampuan itulah, mereka mewarisi pekerjaan kedua prang tuanya dan lingkungannya juga. Nah dahulu mungkin buruh masih bisa diandalkan, semua masih butuh tenaga manual. Lahhh di jaman sekarang jaman semakin kencang, perubahan semakin menggelora, dimana-mana serba canggih. Lalu? Bagaimana nasib mereka? Mereka tidak, memiliki pendidikan yang baik, tidak juga tuan tanah, tidak juga tuan modal, mereka hanya buruh!
Bagaimana nasib anak-anaknya?? Inilah yang menjadi pemikiran menakutkan bagi saya “lingkaran setan kemiskinan”. Dari buruh yang hanya upah pas-pasan, dengan kemajuan jaman serba cepat mereka hanya dapat mengumpulkan rupiah untuk makan tidak untuk pendidikan. Jadi bisa jadi anak-anak mereka tetap tidak beranjak dari lingkaran setan kemiskinan itu, hanya berharap nasib baik saja menghampiri.
Apakah negeri ini sungguh benar-benar tidak mau bersahabat dengan para kaum terpinggirkan lagi?? Atau para pemegang kepentingan yang tidak mau bersahabat dengan mereka-mereka yang tak berdaya, tak berkuasa. Ini tidak adil, negeri ini kaya raya. Tapi kenapa untuk menjamin setiap pendidikan penghuninya saja tidak mampu. Apa mungkin kekayaan negeri ini adalah sebuah kutukan??? Sehingga kayanya negeri ini tak dapat menjadi nikmat bagi para rakyat nelangsa.
Sumber Gambar |
Mereka semakin terbengkalai nasibnya, nyatanya! Teknologi canggih mulai berhasil menggeser keahlian mereka dalam buruh, biasa mereka buruh tanam padi tapi mesin padi sudah diciptakan dan hanya pemilik-pemilik modal yang mampu membelinya, sudah barang tentu pemilik modal semakin kaya dan buruh semakin nelangsa. Kemudian, mereka mengahrap buruh panen padi, mesin pemanen padi pun sudah tercipta harga nya tidaklah murah, lagi pemilik modallah yang mampu membelinya. Buruh semakin nelangsa lagi dan lagi. Mereka sudahlah tidak memiliki keterampilan, hanya melonggo. Terkadang mereka juga resah dengan nasibnya, hendak meminta pertolongan kepada pemegang kekuasaan, mereka tidak tahu bagaimana cara. Dan terlalu takut!
Sungguh ironis, tidak adakah solusi tepat bagaimana agar mereka yang terbengkalai nasibnya untuk membuat keluar setidaknya nasib anak-anaknya keluar dari jerat kemiskinan “ilmu”??? mereka banyak yang putus sekolah, menikah diusia remaja, kemudian tidak sedikit yang bercerai ketika sudah memiliki anak. Kedepan nasib anaknya tidak menutup kemungkinan juga akan sama tetap berada dalam lingkar yang sama.
0 Response to "Nasib Si Tukang Buruh Yang Terbengkalai"
Posting Komentar