Puisi dengan tajuk "dua insan" lahir tiba-tiba. entahlah tiba-tiba aku menulisnya. puisi ini lahir dengan makna mengenai kisah dua insan yang katanya dimabuk cinta. akan tetapi disisi lain dia sering sekali tidak percaya dengan cinta yang tulus. baginya cinta yang tulus tanpa pamrih antara dua insan itu tidak ada. hanya itu yang dia tahu. pengalaman mengajarkan begitu, semua adalah alibi saja.
Tapi suatu ketika, tanpa disadari terkadang cinta memang memperdaya. membuat marah, sedih dan rasanya ingin putus asa. ini diluar nalar sehat. saat sadar aku sering tersenyum kecut, ada apa denganku, ini bukan aku. karena aku tidak akan menjadi lemah hanya karena cinta, aku menolaknya. bagiku dan menurutku cinta sesungguhnya adalah yang membuat kita bangkit menatap masa depan, bukan membuat lemah dan menghancurkan. bukan menuntuk kesempurnaan, tapi saling memperbaiki. tapi enyahlah, butuh perjuangan unutuk menemukannya. kadang kala memang ego menjadi taruhannya, lakukan saja asal tidak membuat terlalu sangat menderita. jika dirasa sudah tidak sanggup, menurutku ada baiknya di lupakan dan tinggalkan. aku percaya banyak cinta diluaran sana yang menanti. jadi jangan gila karena cinta yang tidak tau pasti akan menjamin kebahagiaanmu. cinta itu dinamis, semacam kurva pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan penduduk. naik turu, tidak pernah stagnan atau naik terus, ataupun turun terus. dengan catatan masih hidup saja. jika sudah tidak ada kehidupan itu urusan lain.
Nah, inilah puisi yang saya lahirkan dengan bertepatan kemerdekaan Republik Indonesia. mari dibaca, semoga menjadi karya yang menjadi makana dibalik ketidak sempurnaannya.
“Dua Insan”
Seperti bodoh saja
Kadang aku berpikir begitu, hanya saat sadar
Marah tiba-tiba
Tapi juga senyum tiba-tiba
Tak tau kenapa, apa itu naluri jiwa?
Entahlah, aku tidak tahu
Tapi jelas saja aku tahu ada debar kencang
Itupun juga kadang-kadang
Hatiku suka meratap saat kalut
Kupikir ini aneh
Aku sering tidak percaya dengan cinta
Maksudku cinta tulus dua insan
Kupikir saja itu hanya sesaat tidak abadi
Begitulah pandangan ku
Jika kau rela mati demi cinta insan itu
Itu luar biasa dan binasa bagiku
Mungkin ini kolot tapi masa bodoh
Aku menepis cinta yang hanya membuat gila
Aku hanya ingin cinta yang membuat bahagia
Sederhana saja
Kau mengerti aku, aku mengerti dirimu
Tidak lebih, jangan menuntut yang bukan diriku
Karya,
Susi Hastuti
0 Response to "Puisi "Dua Insan""
Posting Komentar