Welcome to my blog >>> Cakrawala82

KIsah Si Pengembala Kambing Yang Bermimpi Sekolah Sampai Sarjana



KIsah Si Pengembala Kambing Yang Bermimpi Sekolah Sampai Sarjana

Semua orang punya mimpi, setinggi apapun mimpimu jangan pernah meremehkannya!!!

Susi Hastuti

Ini adalah kisah dari si pengembala kambing yang bermimpi menuntaskan pendidikannya sampai ke jenjang tinggi. tidak perduli bagaimana kondisinya pada saat itu, yang ada dalam pikirannya adalah dia ingin menamatkan sekolahnya sampai kejenjang yang tingggi.

Dimulai, pada sore hari saat si bocah pengembala kambing ini sedang menjalankan rutinitasnya mengembala kambing di sawah yang habis di panen. sore itu sambil menjaga kambingnya yang dilepaskan dia duduk dan bersandar di atas tumpukan jerami bekas batang padi yang sudah semingguan di panen. sambil bersantai di atas jerami dia melihat ke atas, mengamati awan-awan yang berarak berwarna keabuan. dia suka sekali melihat awan di sore hari yang teduh, seperti kehidupan nyata. awan-awan diatas sore itu ada yang berbentuk seperti gunung, sungai kemudian seperti bentuk orang sedang mendayung perahu. terlena dan terpana dalam pikirannya yang tiba-tiba saja terlintas "aku ingin melihat dunia, aku ingin sekolah sampai tingkat tinggi".

Itulah mimpi dari si pengembala kambing, melihat dunia luas dan sekolah tinggi! bagi dirinya yang hanya hidup di kampung jauh dari kota, hanya anak seorang petani sederhana mimpi ini seperti mustahil untuk di wujudkan. bahkan jika dia ceritakan mimpinya kepada kawannya maka kawannya hanya akan mentertawakan mimpi-nya itu. mustahil dan terlalu tinggi mimpimu kawan!!!

Hari berlalu tanpa terasa, kambing-kambingnya juga sudah besar dan beranak pinak yang kemudian sudah di tukar dengan sapi. si pengembala kecil itu juga sudah mulai remaja dia sudah memasuki SMP. bagaimana dengan mimpi-mimpinya? masih di simpan dan diharapkan olehnya tentunya.

Kemudian sial dan malang tak dapat di pungkiri dan hindari. dalam sekejap mimpi yang sudah di bangun oleh si pengembala selama bertahun-tahun tiba runtuh dan hampir tanpa pengharapan lagi. bagaimana tidak, harapannya dan tumpuan hidupnya roboh dalam sekejap. badai rumah tangga bapak ibunya di goncang permasalahan yang mengakibatkan keputusan "cerai". kondisi ini kemudian membuat hidup si pengembala hancur dan hilang seolah tanpa pengaharapan dalam menjalani hidupnya. bahkan pernah dia mencoba mengahiri hidupnya.

Waktu terus berjalan, dia tidak jadi mati bunuh diri setelah perceraian kedua orang tuanya karena mendapat nasehat dari seorang yang sudah di anggapnya sebagi saudara. dimana hidup yang di jalani lebih sulit dari pada hidup si pengembala kambing, dari lahir dia tidak pernah tau wajah bapaknya kemudian mamaknya sudah beberapa kali menikah lagi. meskipun begitu si pengembala sudah tidak semangat lagi, nilainya tidak sebagus sewaktu SD. dimana dulu dia selalu mendapatkan ranking bahkan pernah ranking pertama, kini semenjak perceraian bapak dan ibunya dia menjadi linglung. tinggal bersama bapak membuatnya marah kepada ibunya yang saat itu pergi dari rumah setelah perceraian.

Setahun di lalui dengan seadanya, dua tahun di lalui masih tanpa pengharapan. hingga suatu saat kemarahannya kepada ibunya terluapkan, setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar di datang menemuinya. dengan marah dan jengkel si pengembala kambing ini menghujat dan memaki-maki ibunya tanpa sadar dosa yang dia lakukan. bagaimanapun dia telah menyakiti hati seorang ibu.

Sejak pertemuan itu si ibu pengembala kambing mulai terus untuk memberi perhatian kepada si anaknya yang sedang frustasi ini walaupun jauh, karena ia berada di kota yang jarak tempuhnya satu hari semalam bila di tempuh dengan bus. si ibu ini sering mengirim uang jajan, pakaian kepada anaknya yang dia tahu marah kepadanya.

Perlahan tapi pasti, saat si bapak pengembala kambing sudah mendapatkan pengganti ibunya perhatian si bapak mulai berkurang apalagi saat sibapak dan sang ibu tiri sudah punya anak. hidup si pengembala kambing semakin rumit, sering uring-uringan dengan sang bapak sementara si ibu kandung pengembala kambing terus memberikan perhatian kepadanya walaupun dia juga sudah menikah lagi. perlahan hati si pengembala mulai luluh terhadap ibu kandungnya.

Singkatnya, setelah kelulusan sekolah SMP sang ibu kandung dari pengembala kambing datang menemui anaknya. si ibu bilang "nak, jika kau mau ikut dengan ibu ke kota. ibu akan menyekolahkanmu disana". awalnya si pengembala kambing menolak ajakan ibunya, namun setelah berpikir panjang dimana kehidupannya bersama bapaknya juga tidak harmonis akhirnya dia memutuskan untuk ikut si ibu ke kota.

Babak baru kehidupan si pengembala kambing di mulai. bocah kumel dan dekil itu sekolah di sebuah sekolah SMU swasta di kota, dia tidak lulus di sekolah negeri karena nilai ijazahnya pas-pasan. lulus saja sudah beruntung. si pengembala mulai beradabtasi, tidak mudah! bahasa baru, lingkungan baru, adat yang berbeda dan tinggal bersama bapak baru.

Proses adaptasi yang tidak mudah sering kali membuat si pengembala pupus semangat dan ingin pergi saja dari rumah ibunya. sekolah dia tidak begitu serius, baginya harapan membahagiakan kedua orang tuanya sudah berakhir. seadanya, begitulah hidup yang di jalani si pengembala kambing.

Bertahan, sampai si pengembala kambing mencapai kelas 3 SMA meskipun tidak mengukir prestasi yang memuaskan dia tetap bertahan di tengah kondisi kehidupannya yang membingungkan. sampai pengumuman kelulusan, dan dia adalah salah satu siswa yang lulus. tekadnya saat itu dia harus bisa mandiri setelah ini, pergi dari rumah ibunya dan mencari kehidupan di luar.

Sial lagi, sang ibu tidak setuju dan kekeh melarang si anak untuk pergi kekota lain dengan alasan melanjutkan kuliah di pulau seberang. sampai-sampai si pengembala kambing pulang kampung, dengan tujuan untuk menjual aset sebidang sawah milik bapak dan ibunya sewaktu masih menjadi pasangan suami istri dulu. malang tak dapat di hindari sampai di kampung ternyata sawah itu sudah di jual oleh bapaknya. tanpa sisa!

Dengan pertimbangan yang tidak jelas tanpa malu akhirnya si pengembala pergi kembali pulang kerumah ibunya yang berada di kota. si ibu dengan bahagia menyabutnya, karena memang si ibu dari pernikahan dengan suami barunya tidak mempunyai anak. itu memang kehendak ibunya, si ibu bertekad untuk mengurus anak dari pernikahannya dengan suami dahulunya dan di setujui oleh suami barunya.

Setelah perdebatan panjang dan proses panjang akhirnya di pengembala menerima kenyataan yang tidak di inginkan lagi olehnya. si pengembala masuk ke salah satu Universitas swasta di kota itu, karena pendafataran untuk universitas negri sudah berakhir. itupun pada saat mendaftar di Universitas Swasta sudah pada gelombang 3. dia mulai menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa mantan pengembala kambing, tapi karena ini bukan harapannya lagi semangatnya lemah. sampai pada akhir semester, sungguh miris nilai yang di dapatkan benar-benar rendah bahkan dia sampai dapat nilai D di salah satu mata kuliah dasarnya.

Lama-lama, si pengembala mulai sadar sesadarnya atas apa yang terjadi dalam hidupnya dan mulai bisa melihat hikmah di balik kejadian hidupnya yang semerawut itu. dia mulai rajin membaca dan belajar, terbukti di akhir semester 2 nilainya mulai meningkat. semangatnya semakin terpacu, dia bukan lagi mahasiswa pemalas. si mantan pengembala kambing mulai menjadi mahasiswa aktif di kelas dan organisasi di kampusnya.

Si pengembala kambing itu sudah berlampang dada menerima hidupnya dengan iklas, dia mengambil hikmah dari perceraian kedua orang tuanya di masa lalu. perceraian itu mau tidak mau di akuinya sebagai jalan mewujudkan mimpinya. karena mimpinya melihat dunia sudah mulai terwujud, bahkan si anak kampung yang dulu tukang mengembala kambing sudah merasakan naik pesawat untuk jalan-jalan. dan impian terakhirnya sekolah tinggi telah terwujud. si mantan pengembala kambing lulus dari Universitasnya dengan menyandang setatus pendidikan Sarjana bahkan IPK yang di dapatkan juga lumayan tinggi. dia berhasil mendapatkan IPK kelulusan 3.53, dia lulus dengan predikat "Dengan pujian".

0 Response to "KIsah Si Pengembala Kambing Yang Bermimpi Sekolah Sampai Sarjana"

Posting Komentar