Setiap kita pada dasarnya pernah mengalami dimana kita merasa keadaan sangat tidak mendukung dengan apa yang kita inginkan sehingga kita merasa belenggu kehidupan yang teramat mencekram dimana-dimana. setiap sudut hanya ada sedih dan marah, seolah kita merasa hidup hanya sendiri saja. saya mempersembahkan tiga karya puisi sederhana saya yang bertajuk “Akulah Pelakon Sandiwara”, “Jiwa Dalam Gelap Yang Terisak”, “Aku Dan Kau Dalam Jerat Kesakitan”.
“Akulah Pelakon Sandiwara”
Kaki-kakiku terasa seperti mati karena tak guna
Aku hidup tapi terasa kosong
Aku berpikir tapi tidak berguna
Aku merasa seperti dalam lakon dongeng
Dimana aku menjadi tokoh utama
Ada tangan-tangan si pendongeng yang menggerakkan
Kemudian aku bergerak kesana kemari
Dan orang tertawa melihatnya, akupun tertawa
Meski batin meronta
Beginikah aku akan menghabiskan petualangan hidup?
Menjadi ahli sandiwara demi orang bahagia?
Mengabaikan jiwa yang terkungkung dalam tubuh tak berdaya
Menyingkirkan batin yang terkoyak luka
Dimana-mana terasa perih saja
Mata memandang tapi seolah buta
Menyingkirkan segala keinginan
Berharap Tuhan beri kesempatan nanti, esok entahlah
Jika tidak juga setidaknya aku mati dalam pengabdian
“Jiwa Dalam Gelap Yang Terisak”
Aku adalah ketidak berdayaan
Aku adalah jiwa dalam gelap yang terisak
Aku adalah kesakitan diatas kebahagiaan semu
Mataku menjadi saksi air mata kesakitan
Tangan ku menjadi saksi tulisan curahan hati
Pikiranku entahlah sudah di penjara
Namaku harum disanjung dalam kebaikan
Kemudian saat malam dalam peraduan
Semua memprotes diriku
Pikiranku, mataku, mulutku, tanganku, dan hatiku
Berteriak padaku “kau membuat sku tersiksa”
Aku diam seperti seonggok bangkai yang ditinggal raga
Oooh malam jangan berlalu terlalu cepat
Karena jika pagi datang aku harus kembali
Kembali dalam kehidupan serba semu
Dan kembali menahan sesaknya ketidakmampuan
“Aku Dan Kau Dalam Jerat Kesakitan”
Air mataku menetes tiada terbendung
Bukan aku benci dan tidak mencinta dirimu
Hanya saja aku meratpi nasib diri ini
Jujur saja aku mulai mengingatmu terus
Bahkan kau sudah menjadi satu dalam pemikiranku
Tapi kenapa nasib kita sungguh seperti tiada beda
Kau tertekan dalam hidupmu
Kemudian lari ingin mencari kebahagiaan
Hingga bertemulah kau denganku
Dan terucaplah kata cinta itu
Tanpa kau sadar kau sudah berani jatuh cinta
Kepada ku, yang tak berdaya memperjuangkan hidupnya
Aku dalam perangkap kesedihan
Aku tidak bisa terbang mencari kebahagiaan hidup
Aku hanya bisa diam saja
Aku sungguh kasihan padamu
Kau menghindar dari perangkap tikus
Tapi masuk dalam perangkap buaya
Jikq mampu aku ingin berjuang hidup
Melawan segala resah dan gusar bersama mu
Tanpa perduli seperti apa kau
Tapi sanggupkah jika nanti kau tahu sesaknya hidupku
Banyak hal yang terkadang sulit terucapkan secara langsung, masalah hidup datang silih berganti tanpa mau antree dan menunggu sebentar saja saat benar-benar siap kita menerimanya. ada persoalan cita dan cinta yang sulit di tepis. pandai-pandailah kita memilih yang mana satu yang terbaik.
0 Response to "Puisi Sedih "Terbelenggu Ketidakmampuan""
Posting Komentar